Wacana yang pernah bergulir lebih dari 20 tahun lalu kini sudah diterbitkan kembali oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dalam suatu ultimatum “jika Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) tidak kembali ke pangkuan NU maka akan didirikan Banom sendiri (entah apa namanya Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU), Gerakan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (GMNU) atau sebagainya) yang bergerak ditataran Perguruan Tinggi”. Hal itu, membuktikan bahwa NU sudah tidak mampu lagi untuk mengurus pemuda-pemudanya yang sudah masuk dunia Perguruan Tinggi padahal didalam tubuh Ikatan Pemuda Nahdlatul Ulama-Ikatan Pemuda Perempuan Nahdlatul Ulama (IPNU-IPPNU) sudah terstruktur dalam kepengurusannya sehingga menginstruksikan untuk PMII kembali ke pangkuan NU.
Pertanyaannya apakah selama ini PMII tidak pernah diakui oleh PBNU dengan perjuangan aswajanya? Padahal diakui atau tidak, alumni-alumni PMII lah yang telah berhasil untuk menguripi NU. Hal itu dapat dibuktikan melalui tingkat ranting hingga PBNU banyak alumni-alumni PMII yang mengisi lokus-lokus penting didalam NU.
“Keliaran pola fikir kader-kader PMII dikatakan sebagai alasan untuk kembalinya PMII ke NU”. Mengutip pendapat sahabat Romdhon Muhammad sebagai salah satu alumni PMII Komisariat Brawijaya Malang menyatakan bahwa “status PMII yang berada diluar banom NU sebenarnya sudah sangat tepat dalam konteks pengkaderan dan penguatan ideologi Ahlus Sunnah Wal Jamaah (Aswaja). PMII memahami Aswaja dalam pola yang sangat dinamis bahkan cendrung pola berfikirnya sangat liar. Namun, keliaran pola fikir itulah yang menjadi ciri khas dari PMII dibandingkan dengan banom- banom NU bahkan pengurus NU itu sendiri”.
Aswaja yang dibawa oleh PMII sama persis dengan apa yan diterapkan dalam NU pada umumnya hanya saja implementasi dari pemahaman aswaja itu sendiri sangat dinamis dalam tubuh PMII sehingga dengan ke-dinamis-an itu membawa kader – kader PMII pada arah yang lebih baik. Selain itu, perjuangan kader-kader PMII untuk membendung gerakan-gerakan radikal selalu dilakukan hal itu sesuai dengan tujuan PMII dan NU itu sendiri selain untuk mempertahankan tradisi juga untuk mempertahankan keutuhan NKRI.
Dari hal itu, membuktikan bahwa meskipun PMII berada diluar banom NU namun PMII tetap berusaha keras untuk memperjuangkan nilai-nilai ASWAJA sebagaimana yang dibawa oleh NU. Jadi tanpa harus menjadi banom NU, PMII sudah memperjuangkan segala keinginan NU dan itu harus disadari oleh pengurus-pengurus NU.
“Kekhawatiran PBNU akan terbengkalainya putra/i NU ketika memasuki Perguruan Tinggi”. Jika hal itu menjadi sebuah alasan pada dasarnya alasan itu tidak tepat sama sekali sehingga harus menarik PMII kembali ke Banomnya. Karena selama ini PMII mencetak kader-kader yang sudah kembali ke pangkuan ibunya sendiri yaitu NU. Hal itu, terbukti dari alumni-alumni PMII yang senantiasa mengabdi untuk NU. Sehingga untuk alasan kekhawatiran PBNU dapat diatasi dengan memasukkan putra/i nya ke dalam PMII ketika di perguruan Tinggi agar supaya nantinya mampu untuk mengabdi secara aktif di dalam basis NU setelah selesai melalui proses di PMII.
Selanjutnya tinggal menunggu kebijakan dari PB PMII, apakah PMII akan di bubarkan dan menjadi banom NU ataukah tetap interdependen dan tetap memperjuangkan amalan-amalan NU? Harapan penulis hanyalah menginginkan PMII untuk tetap pada Interdependensinya dan tetap berjuang dengan amalan-amalan Aswajanya. Wallahua’lam…
AFAZ
Kader Tak Bersertifikat.
3 Responses to “Alhamdulillah, Kami Ber-ajaran NU Tapi Tak Akan di banom NU”
04-04-2015
Pengaku MUsebagai seorang kader PMII dari MU, saya cukup mengapresiasi pendapat ini. Aswaja yang sama patut diperjuangkan bersama walau dengan organisasi berbeda.
04-04-2015
Fauzan "Kader Tak bersertifikat"terima kasih sahabat atas Tanggapannya. Ternyata Kita sama2 pengaku MU
07-04-2015
Kader PenyusupGimana gag mau dikembalikan ke NU sahabat, kader PMII yang ngaku NU sudah terlalu banyak, kepanjangan IPNU-IPPNU saja sudah terlupakan apalagi prinsip2 yg lain, apa iya IPNU itu Ikatan Pemuda Nahdlatul Ulama dan IPPNU itu Ikatan Pemuda Perempuan Nahdlatul Ulama, saya rasa bukan, heheheheh, maaf saya hanya penyusup